Di suatu tempat
Dalam diam ku
melangkah perlahan dan dengan enggan memilih salah satu diantara deretan kursi
yang tersedia. Aku melipat kaki dan mulai kembali menekuni buku yang sedang ku
genggam. Ku baca dengan seksama goresan tinta hitam yang berbaris rapi di
putihnya lembaran kertas. Namun sepertinya pikiranku tidak dapat fokus. Ku
arahkan pandanganku ke kanan dan ke kiri, yang terlihat hanyalah deretan kursi
tanpa penghuni. Suatu harapan tiba-tiba berkelebat dalam pikiranku. Suatu
harapan yang sepertinya tidak mungkin terjadi saat itu. Angin bertiup lembut
menerpa wajahku, seolah hadir untuk menyadarkanku. Aku pun kembali menatap
kosong buku di hadapanku. Entahlah aku merasa terkadang harapan dan kenyataan
dapat dengan mudah disatukan.
Tak berapa lama,
tampak beberapa orang mulai berdatangan dan mengisi kursi-kursi kosong di
sekitarku. Ku tatap sekilas wajah mereka, namun semua terlihat asing. Tak ada
yang ku kenal. Tapi yang pasti aku tak lagi sendiri. Sudah saatnya menghadapi
dunia yang sesungguhnya. Hingar bingar mulai terdengar bersahutan di telinga. Dengan
susah payah ku coba memusatkan pikiran untuk
kembali membaca buku di hadapanku. Entahlah, apa aku memang benar-benar ingin
mengetahui isi tulisan tersebut, atau hanya sekedar membunuh waktu. Keadaan
sudah tidak nyaman dan perasaan itu muncul kembali. Perasaan yang mengatakan
bahwa sepertinya sesuatu hal akan terjadi sebentar lagi. Suatu hal yang telah
menjadi bagian dalam harapanku saat itu.
Lalu benar saja,
apa yang kuharapkan menjadi kenyataan. Begitu tiba-tiba, membuatku tak percaya
dan tak tau harus bagaimana. Aku tahu, kini segalanya tergantung padaku. Apakah aku memang benar-benar
menginginkannya atau ini sekedar angan tanpa perlu direalisasikan. Tentunya
dengan resiko yang pasti selalu ada pada setiap pilihan. Detik demi detik
berlalu. Segalanya terasa hening dan berkabut. Seperti tidak mendengar dan melihat
apapun. Aku tersentak. Dengan enggan aku kembali menatap buku yang masih
tergenggam erat. Senyum tipis menghiasi wajahku. Ternyata aku belum siap atas
harapanku yang satu ini. Dan segalanya pun berlalu. Dering ponsel berbunyi
merdu. Seorang teman di seberang sana memberi kabar lokasi yang seharusnya aku
tuju. Oh, ternyata salah tempat. Atau mungkin tidak sepenuhnya salah. Entahlah,
aku pun berlalu meninggalkan tempat itu. Semarang, 11 November 2011.