Cerita dari Kota Sukabumi


Stasiun Sukabumi

Pernah tinggal di Kota Sukabumi sekitar pertengahan tahun 2002 hingga akhir tahun 2003 membuat kota kecil ini menjadi salah satu kota yang memiliki kenangan tersendiri untuk saya. Ketika lulus dari bangku Sekolah Dasar, saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di sebuah pesantren yang mana setelah menentukan beberapa pilihan dan melakukan survei di beberapa tempat dengan keluarga, saya pun memutuskan memilih sebuah pesantren di daerah Pulo Air, Sukabumi. Menjadi seorang santri adalah salah satu keinginan terbesar saya saat masih kecil karena ingin memperdalam belajar Al-Qur'an dan merasakan pengalaman hidup secara mandiri di asrama yang menurut ekspektasi saya pada saat itu pasti sangat menyenangkan. Begitulah, singkat cerita saya pun mulai memasuki dunia "boarding school" dengan segala aturan dan rutinitas yang cukup padat sekaligus merasakan suka duka menjadi seseorang yang mulai beranjak remaja dengan segala problematika khas ABG yang sebenarnya sederhana namun seringkali dibuat rumit. Haha 


Walau sudah berhasil beradaptasi dengan lingkungan pesantren dan memiliki banyak kecocokan dengan teman-teman di sekitar saya, namun sayang takdir berkata lain karena beberapa alasan pribadi saya tak dapat menyelesaikan pendidikan di pesantren hingga lulus SMP dan memutuskan untuk pindah sekolah dan kembali tinggal di Jakarta bersama keluarga. Satu satengah tahun mungkin terdengar waktu yang singkat untuk sebuah hubungan pertemanan, namun tidak bila kita menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang tersebut selama 24 jam penuh mulai bangun tidur hingga tidur lagi dengan segala rutinitas umumnya sebuah sekolah yakni belajar, bersosialisasi, hingga mengembangkan potensi diri dari hari ke hari sehingga kedekatan saya dengan mereka terasa sangat dekat layaknya keluarga. Mungkin itulah alasan mengapa masa-masa menuntut ilmu di kota ini menjadi salah satu kenangan yang tak terlupakan untuk saya. 

Curug Sawer, Sukabumi

Dan kini setelah kembali berdomisili di Jakarta, tiba-tiba saya berinisiatif untuk meluangkan waktu khusus berkunjung ke Sukabumi. Tak sekedar ingin mendatangi tempat-tempat yang dulu sering saya datangi saat masih tinggal disini, namun juga bersilaturahim dengan beberapa teman dan guru yang masih saya kenal dengan baik. Terkadang tak merencanakan sesuatu dengan matang, namun tanpa sadar segalanya terasa mudah hingga terlaksana tanpa hambatan apapun, itulah yang saya rasakan selama perjalanan ketika segalanya terasa mudah dan menyenangkan.


Hal yang paling mengharukan adalah ketika saya bertemu dengan seorang Ustadzah yang dulunya adalah wali asrama saya dan beliau bercerita panjang lebar tentang kisah hidupnya beberapa tahun belakangan ini yang mana ia dan keluarga sedang mendapat ujian dari Allah. Masih terngiang dan terbayang dalam ingatan pemaparan singkat akan kisah perjuangan yang dilalui beliau dan nasihat-nasihat kebaikan yang berulang kali diingatkannya pada saya. Barakallahu fiik Ustadzah, semoga Allah selalu limpahkan keberkahan hidup untuknya dan keluarga. Alhamdulillah untuk perjalanan spiritual yang kembali mengetuk pintu hati akan keutamaan selalu atau bahkan lebih banyak bersyukur! Entah itu bersyukur dengan segala sesuatu yang telah dimiliki ataupun kisah kehidupan yang tengah dijalani. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mampu mengingat dan mengaitkan segala problematika kehidupan dengan kekuasaan Allah wa jalla.

Jembatan Anggrek Situgunung, Sukabumi

Conclusion: The power of silaturahim. There will be a lot of meaningful words from deep story that you can heard from people that you used to know. If you can get into it, it will open your mind wider and make yourself wiser. In syaa Allah :)

Postingan populer dari blog ini

Di suatu tempat

How Busy!

Beauty Notes