Ketika Mitsaqan Ghaliza Itu Terucap

Berikut adalah tulisan yang saya kutip dari sebuah akun instagram (@nikahbutuhilmu) yang isinya cukup menyentuh sehingga terbesit ide untuk menuliskannya kembali sebagai nasihat untuk diri sendiri.



Mitsaqan Ghaliza atau perjanjian yang agung adalah sebuah ikrar kuat yang hanya disebutkan sebanyak tiga kali dalam Al-Qur'an. Yang pertama ketika Allah membuat perjanjian dengan Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa (QS Al-Ahzab : 7). Yang kedua, ketika Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah (QS An-Nisa : 154). Dan yang ketiga ketika Allah menyatakan hubungan pernikahan (QS An-Nisa : 21). Betapa penting nan mulianya kedudukan pernikahan di hadapan Allah, sehingga ikatan sakral pernikahan ini "disejajarkan" oleh Allah dengan perjanjian para Nabi dan perjanjian Bani Israil.

Ketika mitsaqan ghaliza itu terucap, Allah telah memindahkan tanggung jawab yang sebelumnya dimiliki oleh orang tua perempuan, menjadi sepenuhnya tanggung jawab yang wajib diemban oleh sosok lelaki yang kini disebut sebagai suami, qowwam, ataupun pemimpin dari rumah tangga yang nantinya akan dibangun bersama.Betapa besar tanggung jawab seorang suami, ia tidak hanya wajib menafkahi secara materi, namun juga wajib membimbing dan membina istri beserta anak-anaknya agar kelak terhindar dari api neraka.

Ketika mitsaqan ghaliza itu terucap, pahamilah wahai istri bahwa Allah telah meletakkan surga kepada keridhaan dari suamimu. Maka tak sepantasnya kau luput dari segala peran dan amanahmu, terlebih hingga memgkufuri nikmat yang telah Allah gariskan untukmu. Engkau berkewajiban mentaati segala perintah suamimu, selagi hal tersebut tidak bertentangan dengan syariat Allah.

Ketika mitsaqan ghaliza itu terucap, maka sepasang suami dan istri wajib menyadari bahwa mereka adalah pakaian bagi pasangannya. "Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka..." (QS. Al-Baqarah : 187)

Selayaknya pakaian yang menempel lekat pada tubuh, hal itu pula yang dibutuhkan oleh sepasang suami istri, keduanya harus senantiasa beriringan dan berdekatan untuk menjadi partner berjuang dalam visi dan misi yang sama, memiliki ikatan yang kuat baik fisik maupun batinnya, saling menjaga dan melindungi satu sama lain, serta menjadikan ketaqwaan mereka kepada Allah sebagai pakaian terbaik untuk mereka kenakan sehari-hari.

Postingan populer dari blog ini

Di suatu tempat

How Busy!

Life is Good